Bagaimana Peran
Informasi Cuaca Dalam Penerbangan?
Karena masalah penerbangan
menyangkut banyak hal baik dalam lingkup nasional maupun internasional maka
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) menetapkan berbagai aturan
yang berkaitan dengan keselamatan penerbangan, khususnya yang berkaitan dengan
cuaca, ICAO bekerjasama dengan Organisasi Meteorologi Dunia ( World
Meteorological Organization = WMO).
Informasi Cuaca dalam Penerbangan
meliputi beberapa unsur, seperti :
1. Angin
2. Jarak
Pandang
3. Awan
4. Suhu
Udara
5. Tekanan
Udara
1. Angin
Arah
angin diperlukan untuk menentukan dari mana dan kemana pesawat tersebut lepas
landas maupun mendarat dengan memperhitungkan kecepatan angin yang sedang
terjadi sedangkan selama perjalanan dimanfaatkan untuk mempertahankan posisi
pesawat saat di udara.
Berdasarkan
arah angin kita dapat memperkirakan dari mana pesawat akan lepas landas dan
mendarat.
Contoh
:
Pada landasan yang memanjang dari
barat hingga timur
-
Jika angin berasal dari barat maka
pesawat akan lepas landas maupun landing menuju barat.
-
Jika angin berasal dari timur maka
pesawat akan lepas landas maupun landing menuju timur.
Pada landasan yang memanjang dari
utara hingga selatan
-
Jika angin berasal dari selatan maka
pesawat akan lepas landas maupun landing menuju selatan.
-
Jika angin berasal dari utara maka
pesawat akan lepas landas maupun landing menuju utara.
2. Jarak
Pandang
Untuk
pesawat yang tidak otomatis, informasi jarak pandang sangat diperlukan dalam
hal pendaratan, baik jarak pandang vertikal maupun horizontal.
Jarak pandang vertikal :
Erat
kaitannya dengan saat pesawat akan melakukan pendaratan saat masih di udara,
hal ini pentig untuk mengetahui posisi dan sisa runway landasan agar pendaratan
dapat dilakukan dengan tepat.
Jarak pandang horizontal :
Erat
kaitannya dengan saat pesawat sudah mulai mendarat di dekat permukaan.
Dalam dunia penerbangan dikenal yang
namanya Runway Visual Range (RVR), dimana RVR Merupakan alat meterologi yang memberikan
informasi jarak pandang maksimum (maximum visibility) didaerah sekitar runway.
RVR biasanya dipasang sebagai kelengkapan fasilitas Instrumen Landing System
(ILS).
Dimana kejadian-kejadian yang dapat
mengurangi jarak pandang pada suatu penerbangan, seperti :
-
Hard Rain
-
Haze
-
Mist
-
Fog
-
Smog
-
Smoke
-
Sandstrom
-
Duststrom
Hujan
Deras / Hard Rain
Pada
dasrnya hujan didefinisikan sebagai partikel-partikel air yang jatuh ke
permukaan tanah berbentuk kepingan dengan diameter 0.5 mm atau kurang.
Dapat
dibayangkan apabila partikel-partikel yang jatuh ke bumi di suatu bandar udara
jumlahnya sangat banyak, dan tentu saja ini akan mengakibatkan berkurangnya
jarak pandang.
Pada
umumnya hujan deras ini jatuh dari awan rendah antara lain awan Cumulonimbus
(Cb).
Udara
Kabur / Haze
Hal
ini terjadi dikarenakan polusi udara karena asap kendaraan, asap dari hasil
pembuangan industri pabrik, dan pembakaran hutan.
Partikel-partikel
asap yang besar akan jatuh ke permukaan bumi, sedangkan partikel-partikel yang
kecil yang seukuran dengan mist dan halimun akan melayang di udara.
Halimun
/ Mist
Terdiri
dari tetes-tetes air mikroskopis yang melayang di udara, kejadian ini dapat
mengurangi jarak pandang tidak kurang dari 1 km.
Tetes-tetes
air mikroskopis ini tidak dapat dilihat dengan mata telanjang karena ukurannya
yang sangat kecil.
Kabut
/ Fog
Terdiri
dari tetes-tetes air yang sangat kecil yang melayang-layang di udara dan dapat
mengurangi jarak pandang kurang dari 1 km.
Tetes-tetes
air ini dapat dilihat dengan mata biasa dan pergerakannya mengikuti pergerakan
udara.
Smog
Merupakan
campuran asap dan kabut yang dapat mengurangi jarak pandang.
Badai
pasir / Sandstrom
Terjadi
dari pengangkatan pasir yang dapat naik ke udara dikarenakan tiuan angin, namun
ketinggian naiknya pasir ini tergantung dari ukurannya namun karena ringan,
partikel ini jarang mencapai ketinggian lebih dari 20-30 m. Biasanya terjadi di
daera padang pasir.
Badai
Debu / Duststrom
Terjadi
dari partikel-partikel debu yang sangat kecil yang melayang di atas permukaan
hingga ketinggian beberapa km dari permukaan, kejadian ini dapat berlangsung
lama dan meluas dan umumnya terjadi pada daerah padang pasir.
3. Awan
Ada
bermacam-macam jenis awan berdasarkan level ketinggian, yaitu awan rendah,
menengah, dan tinggi.
Dalam
penerbangan awan yang harus dilaporkan adalah jenis awan rendah yaitu awan
Cumulonimbus (Cb) dan awan Towering Cumulus (Tcu).
Namun
pada umumnya awan Cb ini sangat ditakuti dalam penerbangan karena dapat
mengakibatkan updraft (arus naik), downdraft (arus turun), dan windshear
(perubahan keepatan secara tiba-tiba), yang apabila pesawat berada di
dalam/bawah awan ini pada saat setelah lepas landas, sebelum mendarat, maupun
pada saat terbang akan mengakibatkan ketidak stabilan posisi pesawat yang dapat
berakibat fatal.
4. Suhu Udara
Suhu
udara dalam penerbangan sangat erat kaitannya dengan pemuaian udara.
Apabila suhu lebih
tinggi,
Mengakibatkan
pemuaian udara yang lebih, hal ini dapat mengakibatkan terbentuknya fatamorgana
yang dapat mempengaruhi estimasi pilot mengenai jarak pandang yang sebenarnya.
Suhu
yang tinggi dapat juga memacu meningkatkan daya angkat yang harus dihasilkan pesawat
yang nantinya akan mempengaruhi terhadap penggunaan bahan bakar.
Apabila suhu lebih
rendah,
Udara
di sekeliling akan lebih rapat dari pada ketika panas, hal ini menyebabkan
pesawat memiliki daya angkat yang lebih pada saat lepas landas, maupun terbang
di udara, yang tentunya akan dapat mengurangi daya angkat yang harus dihasilkan
pesawat sehingga dapat mempengaruhi penggunaan bahan bakar.
5. Tekanan
udara
Tekanan
merupakan salah satu unsur cuaca terpenting yang dibutuhkan dalam penerbangan,
tekanan tidak lepas kaitannya dengan suhu, dimana tekanan berbanding terbalik
dengan suhu.
Hal
ini jelas apaila suhu tinggi maka tekanan rendah dan apabila suhu rendah maka
tekanan tinggi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar